
Seminar Akhir Kajian Branding dan Pemasaran Produk Olahan Itik Alabio
Kam, 24 Oktober 2019
Seminar Akhir tentang Kajian Branding dan Pemasaran Produk Olahan Itik Alabio
Peneliti
- Siska Fitriyanti, S.Si, MP
- Ir. H. Gusti Syahrani Noor
- Herry Azhar Pradana, B.Com, MBA
Narasumber
- Ir. Yuli Hertawan (Plt. Kadis Pertanian Kabupaten HSU)
- Agus Gazali Rahman (Chef Agus Sasirangan)
Tujuan dari Penelitian ini adalah :
- Mengetahui kondisi rantai pasok (supply chain) itik Alabio di Kalimantan Selatan.
- Mengidentifikasi kendala dan permasalahan yang ada dalam rantai pasok produk olahan itik Alabio di Kalimantan Selatan.
- Menyusun rekomendasi langkah strategis yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomis dan pengembangan produk olahan itik Alabio.
Kesimpulan dari Penelitian ini adalah:
- Aktor dalam rantai pasok itik Alabio terdiri dari pembibit, pembudidaya, agen perantara (pemasok / pengepul), dan industri kuliner. Semua elemen memiliki keterkaitan satu sama lain dan membentuk suatu sistem bisnis yang cukup produktif.
- Kendala terbesar dalam rantai pasok itik Alabio adalah keberadaan itik Alabio sebagai pedaging. Ketersediaan bahan baku itik Alabio pada dasarnya ada dan terjaga, hanya saja mayoritas sebagai penghasil telur, sehingga ketersediaan sebagai itik pedaging minim. Pelaku bisnis lebih memilih itik jenis lain yang ketersediannya lebih terjamin.
- Langkah strategis yang perlu dilakukan lebih menitikberatkan kepada pelaku bisnis, sedangkan intervensi Pemerintah Daerah yang dapat dilakukan di sektor ini hanya sedikit. Langkah strategis akan diuraikan dalam bagian Rekomendasi.
Rekomendasi
No. | Kendala | Langkah Strategis | |
Pemerintah | Pelaku Bisnis | ||
1 | Pada saat-saat tertentu suplai itik melimpah karena adanya tambahan sebaran bibit bantuan dari pusat, hal ini mengakibatkan harga itik menurun tajam. Hal seperti ini membuat budidaya itik Alabio non-petelur semakin kurang diminati, karena potensi kerugian besar. | Pengendalian sebaran bibit itik Alabio dari bantuan Pemerintah (misalnya dari BPTU) dengan cara memisahkan / membedakan daerah distribusi bantuan dengan jangkauan distribusi para produsen lokal (terutama Kab. HSU dan sekitarnya). | |
2 | Permintaan pasar terhadap itik Alabio pedaging rendah. | Fasilitasi oleh pemerintah daerah melalui pemanfaatan unit usaha koperasi sebagai produsen karkas itik Alabio dalam bentuk cold meat. Pemerintah juga sekaligus memfasilitasi jalur pemasaran cold meat pada rumah makan dan perhotelan yang ada di daerah setempat. Dengan demikian permasalahan stok melimpah tanpa ada konsumen bisa diminamilisir. | Langkah yang sama dengan pemerintah, tetapi didirikan oleh swasta baik per orangan maupun unit usaha. Peluang ini sekaligus membuka lapangan kerja baru dan jalur distribusi baru itik Alabio pedaging. |
3 | Kebutuhan pasar modern terhadap cold meat yang memiliki sertifikasi rumah potong, vaksin, logo halal, dan sebagainya. |
|
|
4 | Pemanfaatan platform digital untuk bisnis kuliner belum optimal |
|
|
5 | Modifikasi pasar | - | Mengemas kuliner itik dengan menu yang sedang digemari (contoh: bebek crispy, bebek geprek). |
6 | Modifikasi produk | - | Mengabungkan menu itik dengan produk pendamping yang sedang digemari, dan kemas secara paket. Contoh produk pendamping: minuman thai tea, kopi berbagai varian, dsb. |
7 | Modifikasi cara pemasaran | - |
|
8 | Promosi dari pemerintah | Menggunakan kuliner itik dalam setiap acara kedinasan, terutama jika ada tamu dari luar daerah. |